Hama Tanaman
Hama merupakan salah satu jenis organisme pengganggu tanaman yang keberadaannya sangat tidak diinginkan karena besarnya kerugian yang ditimbulkan akibat aktivitas hidup dari organisme ini pada pertanaman. Apabila dilihat dalam arti luas, Hama adalah semua bentuk gangguan baik kepada manusia, tanaman, maupun ternak. Namun, dari arti sempit hama adalah semua hewan yang merusak tanaman yang dapat menimbulkan kerugian. Jadi, apabila ada seekor hewan pada tanaman namun tidak menimbulkan kerugian maka hewan tersebut tidak termasuk hama. Hama yang merusak tanaman dapat dilihat secara jelas dari bekasnya (gerekan atau gigitan). Secara garis besar hewan yang dapat menjadi hama dapat dari jenis serangga, moluska, tungau, tikus, burung, atau mamalia besar. Mungkin di suatu daerah hewan tersebut menjadi hama, namun di daerah lain belum tentu menjadi hama (Dadang : 2006). Pada intinya hama merupakan gangguan yang meresahkan manusia, gangguan tersebut dapat berasal dari binatang penganggu (kutu, tikus, wereng, dll), dan juga dapat berasal dari tumbuhan penganggu (bakteri, jamur, virus).
Binatang penganggu memempunyai ciri dapat berpindah tempat, jarang mempunyai klorofil, dan dinding selnya berupa protein. Sedangkan tumbuhan penganggu mempunyai ciri tidak dapat berpindah tempat, mempunyai klorofil, dinding selnya berupa selulosa atau hidrokarbon. Jumlah jenis-jenis dari binatang ada lebih kurang 916.000. Filum Chordata berjumlah lebih kurang 60.000 jenis; filum Arthropoda lebih kurang 713.000 jenis; filum Aschelminthes lebih kurang 8.000 jenis; filum Mollusca lebih kurang 80.000 jenis; selain filum yang disebut tadi, masih ada lebih kurang 12 filum lainnya (Pracaya, 1992).
Penyakit Tanaman
Penyakit tanaman adalah kondisi dimana sel dan jaringan tanaman tidak berfungsi secara normal yang ditimbulkan karena gangguan secara terus menerus oleh agen pathogen atau faktor lingkungan dan akan menghasilkan perkembangan gejala (Agrios: 2005). Sedangkan menurut Rahmat Rukmana dan Sugandi Saputra, Penyakit tanaman adalah sesuatu yang menyimpang dari keadaan normal, cukup jelas menimbulkan gejala yang dapat dilihat, menurunkan kualitas atau nilai ekonomis, dan merupakan akibat interaksi yang cukup lama (Rahmat et al : 2005). Jadi dapat disimpulkan, Penyakit tanaman merupakan sebuah kondisi dimana tanaman terganggun namun bukan berasal dari gangguan hama, melaikan karena jamur, virus, maupun bakteri yang pada akhirnya juga dapat merugikan manusia. Tanaman yang terkena penyakit dapat terlihat jelas karena mengalami kerusakan sel atau bahkan matinya sel dalam tanaman.
Penyakit tanaman biasanya disebabkan oleh faktor biotik dan faktor abiotik. Penyakit tanaman yang disebabkan oleh faktor biotik ialah penyakit yang diakibatkan oleh organisme penganggu (cendawan, bakteri, dll), biasanya gejala kerusakan rata pada satu hamparan tanaman. Sedangkan penyakit tanaman yang disebabkan oleh faktor abiotik ialah merupakan gejala serangan yang cenderung tidak merata, dan kerusakan yang timbul akibat terlalu lembab, atau terlalu kering (Raupach et al : 2011).
Gulma Tanaman
Budidaya berbagai jenis tanaman khususnya tanaman perkebunan tidak terlepas dari keberadaan gulma. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman budidaya yang pertumbuhannya tidak dikehendaki dan umumnya merugikan karena dapat menghambat pertumbuhan, mengakibatkan penurunan kuantitas dan kualitas produksi dan dapat menjadi sarang hama dan penyakit.
Klasifikasi gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, gulma dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifat morfologi, siklus hidup, habitat (tempat tumbuhnya), ataupun berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan.
Berdasarkan sifat morfologinya gulma dibedakan ke dalam 4 (empat) golongan yaitu:
Gulma berdaun sempit (Grasses)
Gulma teki tekian (Sedges)
Gulma berdaunn lebar (broad leaves)
Gulma pakis pakisan (Ferns)
Berdasarkan siklus hidupnya gulma dibedakan atas:
Gulma semusim (Annual Weeds)
Gulma dua musim (Biannual Weeds)
Gulma tahunan (perennial weeds)
Berdasarkan habitat tumbuhnya gulma dibedakan antara:
Gulma Air (Aquatic Weeds)
Gulma Daratan (Terestrial Weeds)
Berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan, gulma dibedakan menjadi:
Gulma kelas A
Gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan oleh karena itu harus diberantas secara tuntas, misalnya : Imperata cylindrica, Mikania sp., Mimosa, sp.
Gulma kelas B
Semua jenis gulma yang merugikan bagi tanaman perkebunan oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pengendalian atau pemberantasan, misalnya: Brachiaria mutica, Gleichenia liniearis, Lantana camara, Melastoma malabathricum, Scleria sumatrensi.
Gulma kelas C
Gulma yang merugikan tanaman perkebunan dan memerlukan tindakan pengendalian namun tindakan pengendalian tersebut tergantung pada keadaan seperti ketersediaan biaya, misalnya: Axonopus compressus, Boreria latifolia, Cynodon dactylon, Cyperus sp., Echinochloa colonum, Eleusine indica, Paspalum conjugatum,
Gulma kelas D
Jenis jenis gulma yang kurang merugikan tanaman perkebunan, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian, misalnya; Ageratum conyzoides, Cyrtococcum sp., Digitaria sp.
Gulma kelas E
Jenis gulma yang bermanfaat bagi tanaman perkebunan karena dapat berfungsi sebagai pupuk hijau, oleh karena itu dapat dibiarkan tumbuh menutupi gawangan tanaman tapi tetap dikendalikan jika pertumbuhannya sudah menutupi piringan atau jalur tanaman, misalnya; Calopogonium caereleum, Calopogonium muconoides, Centrosema pubescens, Pueraria javanica, Pueraria phaseoloides.
Cara Pengendalian : Secara garis besar, pengendalian gulma dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu : (1) Pengendalian secara mekanis (2) Pengendalian secara kultur teknis (3) Pengendalian secara biologis, dan (4) Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian gulma secara mekanis Merupakan cara pengendalian yang sampai sekarang paling banyak digunakan di negara berkembang. Pengendalian gulma dengan cara ini dapat dilakukan dengan tenaga manusia atau menggunakan alat-alat mekanisasi seperti : Membabat gulma dengan sabit atau alat-alat lain yang serupa ; Mencabut dan membersihkan gulma dengan tangan; Menggunakan cangkul atau garpu dan Menggunakan alat-alat mekanis/traktor.
Pengendalian secara kultur teknis, Cara yang umum dilakukan dalam pengendalian secara kultur adalah dengan pemberian mulsa, penanaman penutup tanah, penanaman naungan, dan tanaman sela. Cara yang lain adalah dengan mengatur cara bercocok tanam menggunakan pola tertentu dengan tujuan untuk menekan pertumbuhan gulma.
Pengendalian secara biologis Pengendalian ini menggunakan jasad hidup tertentu, yakni untuk menekan pertumbuhan gulma. Sebagai contoh, untuk mengendalikan Krinyuh (Chromolaena odorata (L.) R.M. King) dapat menggunakan serangga Pareuchaetes pseudoinsulata Rego Barros. Serangga ini diketahui dapat memakan daun, pucuk, tunas muda, dan kulit batang C. Odorata sehingga dapat mematikan gulma tersebut.
Pengendalian secara kimiawi Prinsip pengendalian gulma secara kimiawi adalah menggunakan bahan bahan kimia tertentu, yakni untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma. Bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan gulma biasa disebut herbisida